Sabtu, 18 Mei 2013


Memahami Kehidupan

Kehidupan, salut kusemat pada setiap warna dan bau yang kau suguh
Aku, kamu, dan mereka dititah untuk berada di dalamnya
Berperan apa yang Dia kehendaki
Bukan semauku
semaumu
apalagi semau mereka
tidak.
Kehidupan, panggung tawa, sedih, bingung, hampa bergantian.
Semua merasainya
Hanya ‘terlalu’ jangan sekali-kali mencelupkan ke dalamnya.
iman teguh yang mampu menampik  ‘terlalu’ itu
Kehidupan, tidaklah lama membersamai
Suka atau tidak,
Sadar atau lalai,
Yakin atau ragu,
Sekarang atau nanti,
Aku, kamu, dan mereka meninggalkan kehidupan itu
Jangan terlalu mencintainya
Apalagi membencinya


Sampai Titik Terlemah
Titik terlemah
Yaa…sampai titik terlemah
Sampai titik terlemah iman kita akan diuji
Menangis atas kesakitan yang tak pernah diinginkan
Terus bertahan
Bertahan terus
Maka, nikmat Tuhan-Mu akan menghampiri

Ya Allah…
Pegangi kami agar tak tergelincir
Tujuki kami agar tak tersalah jalan
Sambut kami agar ghiroh ini terjaga
Karena ridho-Mu yang didamba


Perempuan dan rindunya

Perempuan yang menjaga rindu
Dalam sepi malam menumpah rindunya  kepada penggengam takdir
Atas fitrah yang perlahan mulai menyentuh lembut
Rindu akan seorang imam
Rindu akan penyejuk mata
Rindu panggilan indah, ummiy…

Bukan karena usia
Bukan karena desakan mereka yang berdendang menggoda, “Kapan?”
Bukan.
Semata karena rindu itu terlalu kuat menuntun

Sulit menutur bagaimana awalnya ia merasuki relung
Bahkan tak ingat
Sekarang, ia menyapa halus
Maka, biarkan perempuan penjaga rindu meluapkan atas nama-Nya…


Ruang Pelita, Padangsidimpuan

Senin, 22 April 2013

Muhasabah dalam sunyi


Ini dunia, bukan surga para manusia pilihan
Malam ini kubiar air mata mengalir membasuh jiwa yang mungkin sudah diselimuti debu
Dahulu sekali, manusia tak pernah meminta kepada Sang Pencipta siapa yang akan menjadi ayah ibunya, saudaranya, dimana ia dilahirkan dan dibesarkan…termasuk aku
Dahulu sekali, manusia tak pernah mengetahui bagaimana warna hidup yang akan ia lihat saat ini, maupun rasa kehidupan yang akan dicecap saat ini…
Aku sadar setiap manusia memiliki ujiannya masing-masing, bahkan mungkin melebihi ujian yang sedang kunikmati saat ini. Tak ada niat untuk menambah beban bagi  mata yang mengeja kata demi kata ini.
Astaghfirullooh…astaghfirullooh…astaghfirullooh..
Beginilah caraku untuk menghapus titik-titik air mata yang mengembun satu persatu. Beginilah caraku untuk menghela sesak di dada. Menumpahkan kata-katanya. Menuliskannya. Lalu memuarakannya pada harapan dan do’a.
Menangis dalam kesunyian adalah pilihan. Sebab aku perempuan, yang sering berbahasa dengan diam dan tangis.
Kuhibur hati dengan mengatakan: ini sebuah proses…proses..proses untuk izzah lebih tinggi…lebih tinggi…lebih tinggi lagi…
Aku manusia, bukan malaikat…
Yang rindunya bisa terluka demi melihat seorang jundi kecil tertawa, aku ingin memeluknya erat..
Yang nuraninya bisa terusik demi melihat seorang jundi kecil menangis, aku ingin menenangkannya dalam dekapan…
Ahhh…aku rindu sekali…
Aku iri pada mereka yang sudah memiliki gelar mulia seperti Khadijah yang mengabdi pada Rasulullah..
Aku iri pada mereka yang menuai pahala lebih utama di belakang para imam mereka…
Aku iri pada mereka yang menjemput ridho ilahi gegas bersama anak-anak sholeh di belakangnya…seperti Khonsa’ dengan jundi-jundinya.
Aku paham dengan dunia.
Dunia dengan segala warna yang memukau silau
Pegangi tanganku Ya Robb, agar aku tak merasa sendiri…
Agar aku merasa kuat…
Agar dadaku lapang dari dunia yang semu
Maka, izinkan aku senantiasa berdo’a kepada-Mu, Ya Allah..
Menghiba kebaikan dunia dan akhirat…
Padangsidimpuan, 22 April 2013

*menghimpun mimpi yang sempat terserak



Minggu, 13 Januari 2013

Keran Memori di MAN 2 Padangsidimpuan

Alhamdulillah...
Allah menuntun kembali menjejaki tanah puzle rantai kehidupan itu. Tanpa bisa dikendalikan keran-keran memori mengalir begitu deras.





Sendiri duduk menatap halaman. Dulu, disinilah aku berbaris, senam, latihan.Oh iya, satu yang tak bisa lekang meski hujan dan panas silih berganti memaparnya tak akan hilang: aku paling sering berlari-lari untuk mendapati gerbang...hoho...sering terlambat. Bad habit yang sampai sekarang belum terhapus :(


Enam tahun lebih meninggalkannya, banyak perubahan yang kudapati. Bangunan kantor sudah bertingkat dan terlihat lebih asri.



 Ini kelas tempat saya meneguk ilmu dari guru-guru--moga Allah memberikan kebaikan dan keberkahan dalam hidup mereka...aamiin.

Lagi-lagi ada perubahan ^_^

Melihat ini, keran memori mengalir mengingatkan ruang lab. biologi bersama Bu Raisah. Mengamati makhluk mikroorganisme, daun, kulit bawang...aahhh...kangen...
Ruang multimedia juga masih ingat. Sekali waktu pernah juga pernah belajar di sana. Mmm..sebelum transmigrasi ke lahan atas, beberapa bulan pernah belajar di kelas bawah ini. Hehe...jadi ingat kenangan jualan kue bersama Sahrani ^_^


Haiyya...mengapa aku terlalai untuk mendokumentasikan ladang spritual ya? mushollah tercinta. Transit hati dan pikiran yang meneduhkan. Walau tak sempat kujepret, hatiku menyimpan apik nuansamu. Ya Allah...kelak izinkan aku ke sana kembali untuk bersujud di ladang spritual itu. Lalu mendokumentasikannya ^_^ aamiin.


Selasa, 08 Januari 2013


)|( KADER PKS : INILAH CARA KAMI DIBENTUK )|(

Islamedia - Di PKS kami kader kadernya diwajibkan menghadiri pengajian rutin sepekan sekali. Mempelajari ilmu ilmu agama, akhlak akhlak yang baik, nilai nilai kemanusiaan, dan nilai nilai ketuhanan. Bertahun – tahun, pengajian itu kami lakukan. Sampai membentuk karakter manusia yang baik. Bernurani jernih, dan berjiwa lembut. Itulah mengapa, kami selalu bersemangat mengadakan baksos, membatu korban bencana alam.


Bukan!

Bukan semata karena alasan politik, kalau hanya karena alasan politik, nisacaya kami tidak akan mau melakukan pekerjaan pekerjaan sosial itu. Yang kami cari jauh melebihi motivasi motivasi duniawi tersebut. Menembus langit, yaitu dalam rangka menyenangkan tuhan kami, Allah swt.

Di pengajian pekanan itulah, kami kader PKS dikontrol, dievalusai, kehidupan kami dalam kurun sepekan tersebut. Kehidupan ruhiyah (amalan amalan) kami, dan kehidupan sosial kami. Diantara kami ada yang grafik nya naik turun. Tetapi naik turun semangat tadi, masih dalam kecenderungan meningkat. Dan dengan proses penjagaan itulah, kami, kader – kader pks dapat memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa kami dapat menjaga amanah, amanah dari rakyat, amanah dari Allah.

Bahwasannya kami punya mekanisme, kami punya instrument penjagaan yang begitu kami taati, begitu kami rindukan dari pekan ke pekannya..

Di pengajian pekanan itulah, poin poin seperti shalat lima waktu - tepat waktu - di masjid, di evaluasi. Dan tidak sekedar dievaluasi, disanalah kami menemukan alasannya, mengapa kami diperintahkan Allah begitu, apa enaknya buat kami melaksanakan perintah perintah Allah tersebut. Disanalah kami menemukan kawan berlomba, menjadi yang terbaik dimata Allah.

Selanjutnya yang bisa kami sampaikan adalah setiap pekan rata rata kader pks diajak untuk adalah Shaum senin kamis, Shalat Dhuha, Shalat tahajud minimal dua kali, berinfak, dan seterusnya.. termasuk mengkhatamkan Al-Qur'an paling lama sebulan sekali.

Dan dengan semua ketentuan partai itulah kami mendewasakan diri kami, sebagai bagian dari masyarakat, juga sebagai kader partai yang suatu saat akan diamanahkan ke parlemen, atau menjadi kepala daerah, menteri, dan presiden. Menyiapkan kualitas kualitas diri kami, sampai Allah melihat telah sampailah waktunya kami diberi amanah kepemimpinan tersebut.

Maka, kami bisa sampaikan, bahwa calon calon legislatif dari PKS, calon calon kepala daerah dari pks memiliki kualifikasi kedekatan dengan Allah yang kurang lebih seperti penjelasan diatas. Dan terus dijaga setiap pekannya. Memiliki akhlak baik, hati yang peka, dan semangat yang terjaga. Karena untuk itulah kami diwajibkan mengikuti pengajian pekanan tersebut.

Bagi kami kader PKS, jabatan kepala daerah, jabatan di legislative, menteri dan presiden. Adalah amanah amanah yang kami kejar, bukan sebagai ambisi duniawi. Kalau sebatas itu saja alasannya, kalau hanya untuk keuntungan pribadi, kenikmatan dunia, niscaya kami tidak akan mau mengejarnya. Karena kami menyadari betul hakikat kehidupan kami yang teramat singkat ini. Tentang kenikmatan, nanti saja, kami hanya mau kenikmatan abadi, Surga Firdaus..

Jadi, bagi kami kader PKS, kekuasaan kekuasaan itu adalah jalan untuk memperbaiki sebanyak banyaknya, sebesar besarnya negara kita tercinta Indonesia ini, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan menebar sebanyak banyaknya manfaat dimuka bumi. Dan untuk itu semua, cukup bagi kami, upahnya adalah senangnya tuhan kami, Allah swt. Dan nanti hadiahnya, sama Allah dikasih surga.

Dan karena, begitulah kami kader kader PKS memandang dunia ini, kami selalu dijaga, selalu saling menjaga, untuk tidak tergoda akannya, yang biasa kita kenal dengan korupsi dan sejenisnya..

Semangat, pemahaman, dan kualifikasi kedekatan dengan Tuhan kami tadi, berlaku untuk semua kader di seluruh bumi Indonesia, di posisi apapun kami berada.

Masyarakat lalu bertanya, apa untungnya buatmu, bersusah payah memperjuangkan orang lain. Tidak! Karena kami tidak melihat jabatan ini sebagai sesuatu yg harus kami miliki secara pribadi, maka jangan heran kalau kami selalu bersemangat mengusung ‘orang lain – orang lain’ tersebut, Dengan bensin dari kantong kantong pribadi kami sendiri. Karena dimata Allah, kami yang memperjuangkan pemimpin pemimpin kami itu memperoleh nialainya sendiri. Dan sungguh kami bersenang hati dengan senangnya Tuhan kami, Allah swt.

Akhirnya kami dapat deskripsikan siapa kader PKS itu dengan deskripsi dari ustadz kami,

Ustadz Rahmat Abdullah:

“ada kenyataan seseorang berkat mujahadah keras yang dilakukannya mampu menjaga wudhunya sepanjang hari, mengkhatamkan Al-Qur’an paling lama sebulan, tak putus tahajud, selalu shalat jamaah di Masjid dan selalu puasa senin kamis atau ayamul bidh. dalam muamalah selalu tepat waktu, berbakti kepada kedua orang tua, cair dalam bergaul, argumentatif dalam diskusi, elegan, cemerlang dalam karir dan sejumlah lagi kelebihan”

Dan kami akan terus menyampaikan kepada masyarakat, bagaimana kader kader PKS itu dibentuk. Dan kami akan perlihatkan pada masyarakat kenyataannya, buktinya, deskripsi dari ustadz kami tersebut, Ustadz Rahmat Abdullah diatas.

Bukan Riya’, karena kami tau betul betapa tidak berartinya amalan kami jika tidak dibarengi keikhlasan. Tapi beginilah kami harus berdakwah, menyebarluaskan Syiar, dan mengajak masyarakat, dari kalangan manapun untuk bersama kami, berjuang bersama kami. dan beginilah kami menjawab persepsi dari banyak masyarakat, kalau semua partai itu sama saja, maka jawaban kami tidak, PKS berbeda.

Re-Post: islamedia.web .id/2012/03/kader-pks-inilah-bagaimana-kami-di.html

Dunia Perempuan