SEJATINYA PILIHAN
“Dijodohkan
atau memilih sendiri?” tanya akhwat berkerudung ungu.
“Saya
milih dijodohkan saja. Lebih aman” jawab akhwat berkerudung hijau.
“Hm...begitukah?”
“Ya..kalau
dijodohkan lebih aman dari penyakit hati. Kalau mencari sendiri khawatir kurang
ahsan ...”
Cxcxcx...
#####
Imajinatif.
Kita sering membayangkan juga mengimpikan mendapatkan seseorang yang bisa
menemani – lebih tepatnya membimbing – kita dalam membina rumah tangga kelak.
Maunya si dia adalah orang yang pengertian, bertanggung jawab, humoris, cerdas,
penyayang, oh ya satu yang terpenting “kepribadiannya solih”. Bahasa idelanya,
seorang imam yang bisa menyelamatkan kita dan keluarganya selamat di dunia dan
akhirat. Wuih...
Hal
yang manusiawi jika demikian. Apapun kriteria yang kita inginkan hendaknya
memiliki standar. Jika yang lain tidak terpenuhi tetapi yang satu ini tidak
boleh terlewatkan; iman yang mengukuh di jiwanya. Tak masalah dapat yang pendek
asal pribadinya solih. Tak masalah dapat
suku di luar Batak (Hehe..tidak bermaksud
‘menarsiskan’ suku Batak lho...)asal iman yang kokoh masih di hati, hingga
ia bisa jadi penengah diantara perbedaan.Tak masalah yang datang meminang tidak
satu profesi asal agamanya bagus. Trus, bagaimana kita mendapatkan mereka?
Ada
lima cara yang bisa kita pilih untuk mendapatkan jodoh sejati, insya Allah.
Bukan ala pacaran yang tersaji dimana-mana, di lingkungan rumah, sekolah, kampus,
pasar, kantor, tempat rekreasi, di sawah (ada gak ya? hehehe...). Plus gak
mengenal waktu, mau pagi, siang, sore, malam bisa ditemukan (sengaja atau tidak
sengaja bisa ketemu lho...)
Cara
pertama, mengusulkan kepada orangtua. Dalam sejarah cara ini pernah
ditempuh oleh putri Nabi Syu’aib as.
Dua putri nabi
Syu’aib terhambat untuk memberi minum domba gembalaannya dari sebuah telaga
karena telah dipenuhi oleh laki-laki yang juga mengambil air untuk ternak mereka,
sedang keduanya adalah perempuan yang menjaga kehormatan dengan menghindari
campur baur tersebut. Melihat mereka yang masih berdiri, Musa as datang memberi
petolongan.
Putri nabi
Syu’aib mendapati kesan bahwa pribadi Musa as adalah pribadi yang terpuji. Salah
satu putri Nabi Syu’aib mengusulkan kepada ayahnya agar nabi Musa bekerja
dengan mereka. Nabi Syu’aib mengetahui apa yang tersembunyi dalam perasaan putrinya,
sehingga ia menawarkan kepada Musa untuk bekerja selama delapan tahun dengan
imbalan menikahi salah satu putrinya. Dan Musa menyetujui perjanjian itu. Kisah
ini diabadikan dalam Al-Qur’an Suroh Al-Qhosos ayat 26-28.
Tidak
ada yang tercela dari cara ini. Sebab seorang anak memang mempunyai hak untuk
mengajukan siapa calon idamannya tanpa mengesampingkan peran orangtuanya. Tanpa
melepaskan tanggung jawab orangtua untuk menyelidiki kualitas pribadi calon
suami atau istri yang diajukan oleh anaknya. Dalam mengajukan pilihannya,
seorang anak harus memiliki kesamaan pedoman agar tidak terjadi perselisihan. Ketika
orangtua dan anak mendapati kesamaan kriteria yang sesuai syariat – agamanya
bagus – maka orangtua tidak boleh mempersulit keinginan anaknya untuk menikah.
Cara
yang kedua, memilih sendiri atau menunggu pinangan.
Ingat
kisah Rumaisha binti Milhan, seorang perempuan yang menukar hati dan cintanya
dengan Islam sebagai maharnya ketika Tholhah datang meminangnya? Nah,
shohabiyah yang satu ini adalah kisah yang bertutur bahwa ia memilih sendiri
Tholhah sebagai suaminya dengan syarat Tholhah masuk Islam.
Lain
lagi dengan Abdurrahman ibn Auf. Ia yang memilih sendiri istrinya, tidak
dijodohkan atau dicarikan orang lain. Ia berkata kepada Ummu Hakim binti Qarizh,
“Maukah kamu menyerahkan urusanmu kepadaku?”
Ummu
Hakim binti Qarizh menjawab, “Baiklah,”
Ia
berkata, “Kalau begitu, kamu saya nikahi”
“Rasulullah
Saw melihat pada Abdurrahman ibn Auf ada bekas warna kekuning-kuningan. Lalu
beliau bertanya, ‘Apa ini?’ Dia
menjawab, ‘Sesungguhnya aku telah menikahi seorang wanita dengan mahar emas
sebesar biji kurma’. Maka Rasulullah bersabda, ‘Semoga Allah memberkahimu.
Adakan walimahan walau dengan seekor kambing”
Rasulullah
diberitahu sesudah pernikahannya berlangsung. Rasulullah Saw dan sahabat tidak
mencelanya.
Perempuan yang
ingin menikah boleh berlaku pasif untuk mendapatkan jodohnya. Menanti pinangan
lelaki yang bermaksud datang meminangnya. Seorang perempuan yang menanti
pinangan tetaplah bersabar menjaga ketentuan agama tentang laki-laki baik yang kelak akan menjadi suaminya.
Tidak usah
tergesa. Istikhoroh, minta petunjuk dari Yang Maha Pemberi Petunjuk. Selidiki
bagaimana agama dan akhlaknya. Tiada lain agar kita, perempuan, tidak terzolimi
dalam membina rumah tangga. Sebab, dari pernikahan kita mengharapkan kebaikan
dan keberkahan, bukan sebaliknya.
Cara yang
ketiga, menerima pilihan dari orangtua.
Dalam sebuah
riwayat yang sudah masyhur dalam kitab-kitab munakahat, disebutkan dari Aisyah telah
datang seseorang perempuan mengadu kepada Rasulullah, ia berkata,
“Ya
Rasulullah, ayah saya telah menikahkan saya dengan keponakannya agar dapat
meringankan beban dirinya. Maka beliau menyerahkan urusan ini kepadanya. Lalu
perempuan itu berkata, ‘saya benarkan apa yang telah dilakukan ayah saya, tetapi
saya ingin agar para perempuan tahu bahwa para bapak tidak berhak sedikitpun
dalam urusan ini.”(HR. Ahmad)
Hadis di atas
berkisah seorang perempuan yang dinikahkan ayahnya, lalu ia mengadu kepada
Rasulullah. Dan Rasulullah menyerahkan urusan itu kepadanya, artinya menyerahkan
pilihan apakah menerima atau menolak. Perempuan itu membenarkan apa yang telah
dilakukan ayahnya, menerima lelaki pilihan ayahnya menjadi suaminya. Akan
tetapi ia memberi sebuah nasihat penting kepada para perempuan bahwa para bapak
tidak berhak memaksakan kehendaknya.
Islam
membenarkan cara mendapatkan jodoh dengan menerima tawaran dari orangtua. Tidak
ada yang salah di dalamnya selama kriteria dan syarat yang sesuai syari’at ada
pada lelaki yang ditawarkan orangtua. Daripada menanti kedatangan yang tidak
pasti hingga waktu berumah tangga hampir senja. Namun, jika kriteria yang
sangat pokok tidak ada padanya – agamanya yang diragukan – kita boleh
memberikan hak penolakan.
Cara yang
keempat, menerima tawaran dari saudara sesama muslim.
Cara ini sering
dilakukan pada masa Rasulullah dan sahabat. Menerima tawaran dari saudara
seiman bukanlah hal yang tercela apalagi menghinakan. Bahkan ini menunjukkan
adanya solidaritas sesama saudara seiman, merasa bertanggung jawab untuk
menolong orang yang sudah mampu dan berkeinginan kuat untuk menikah namun belum
bertemu pasangannya. Langkah ini boleh dilakukan dengan persetujuan dari orang
yang ditawarkan maupun tanpa sepengetahuannya. Bila tanpa sepengetahuan orang
yang ditawarkan maka ia mempunyai hak untuk menerima atau menolak
Dalam sebuah kisah,
Usman menawarkan seorang gadis kepada Abdullah ibn Mas’ud. Karena Abdullah ibn
Mas’ud tidak memiliki keinginan kepada gadis tersebut, maka Usman memanggil
Alqomah dan menawarkannya kepada Alqomah.
Ketika kita
ditawarkan akan seorang laki-laki, hendaknya disambut dengan baik. Akan tetapi
dengan tidak menafikan penyelidikan atas agama dan akhlaknya. Karena
bagaimanapun baiknya orang yang menawarkan, kita masih punya tanggung jawab
melihat kualitas pribadi orang yang ditawarkan.
Cara
kelima, meminta dicarikan.
Jika sudah
menanti, namun yang dinanti tak kunjung datang, tak ada salahnya untuk meminta
jasa orang lain yang dapat dipercaya (tsiqoh) mencarikan jodoh buat kita. Bisa
saja guru mengaji, saudara atau teman. Tidak perlu malu ataupun sungkan, karena
para sahabat saja banyak yang meminta dicarikan oleh Rasulullah jodohnya. Salah
satu contohnya Ukaf Wida’ah Al-Hilali.
Ini tidaklah tercela. Namun, lagi-lagi yang
perlu diperhatikan adalah pihak ketiga adalah orang cerdas, teliti dan tsiqoh
untuk mencarikan orang yang sesuai dengan kriteria yang kita inginkan.
Banyak biro
jodoh yang bertebaran di program televisi maupun majalah, namun amat
disayangkan banyak maksiyat yang terjadi selama proses di dalamnya. Maka perlu
kehati-hatian, sebab menjalin ikatan suci diperlukan niat dan proses yang
selamat dari maksiyat. Dasar yang bagus insya Allah akan menentukan kokoh atau
tidaknya bangunan yang akan kita bina.
Nah, dari kelima
cara itu kita bisa pilih salah satu untuk menemukan jodoh sejati kita, insya
Allah. Tidak ada alternatif pacaran di sana. Mari menanam keyakinan bahwa Allah
akan memberikan yang terbaik buat hamba-Nya yang senantiasa berikhtiar dan
berdo’a. Yang memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Padangsidimpuan
“Dalam rangka saling mengingatkan”